
DANIEL FERNANDEZ
Mahasiswa Elektro PNJ
Hidup memang kejam, bahkan terlalu kejam.
10 Oktober 2017 mungkin menjadi salah satu hari paling kelam dalam sejarah sepak bola Suriah. Pada hari itu Suriah harus menyerah dari Australia lewat pertandingan sarat drama. Perjuangan panjang Suriah untuk bermain di Piala Dunia 2018 kandas begitu saja sesaat wasit meniupkan peluit panjang di Stadium Australia. Tim Cahill saat itu menjadi bintang kemenangan Australia dengan mencetak dua gol yang mana salah satunya di cetak di babak perpanjangan waktu. Suriah datang ke Australia dengan modal seadanya setelah lima hari sebelumnya hanya mampu bermain imbang 1 – 1 ketika bermain di Stadion Hang Jebat.
Meski begitu pencapaian Suriah yang berhasil melangkah hingga babak play – off harus diacungi jempol. Tergabung dengan tim – tim kuat seperti Korea Selatan, Iran, Uzbekistan, dan Tiongkok, Suriah berhasil menduduki peringkat ketiga sekaligus berhak mengantongi tiket play – off.
Perang yang sudah berkecamuk selam 5 tahun di Suriah tentu membuat kondisi negara tidak stabil. Faktor keamanan membuat banyak sendi – sendi kehidupan yang tidak berjalan semestinya. Tak terkecuali sepak bola, namun Federasi Sepak bola Suriah tidak menyerah begitu saja, kompetisi terus dijalankan meski penuh dengan keterbatasan. Kompetisi sepak bola Suriah dilaksanakan di dua kota denga tingkat keamanan paling baik di Suriah yaitu Damaskus dan Latakia. Namun tim nasional Suriah terbantu dengan beberapa pemainnya yang berhasil bermain untuk tim luar negeri seperti Ahmad Al Salih yang bermain untuk Henan Jiaye, Firas Al-Khatib yang menjadi andalan klub Al Kuwait. Kondisi tersebut tentu amat membantu mengingat kompetisi Suriah yang belum berjalan sebagaimana mestinya.
Meski masih dapat melangsungkan kompetisi sepak bola, FIFA sebagai induk sepak bola dunia tidak mengizinkan Suriah untuk menggelar pertandingan kualifikasi Piala Dunia Zona Asia. Tak hilang akal, Federasi Sepak bola Suriah melakukan kerja sama dengan Federasi Sepak bola Malaysia agar dapat melaksanakan pertandingan kandang Suriah untuk Kualifikasi Piala Dunia 2018. Berjarak 9 ribu mil dari Suriah membuat tim nasional mereka bermain pertandingan kandang rasa tandang. Tidak banyak suporter yang bisa mendukung tim asuhan Ayman Hakeem ini.
Meski banyak rintangan menghadang, Omar Al Somah dan kolega sudah bertekad untuk memberikan performa terbaik dan memberikan setitik kebahagian di kala perang masih berkecamuk di tanah air mereka. Usaha mereka pun berbuah hasil dengan berhasil mengumpulkan 13 poin dan berhak untuk melaju ke babak play – off walau akhirnya gagal di tangan tim Australia.
Suriah pun menjadi contoh yang baik untuk negara Asia lainnya perihal pembinaan tim nasional yang baik. Dalam kondisi negara yang jauh dari kata baik, tim nasional Suriah bisa memberikan hasil yang lebih baik dibanding Tiongkok dan India yang pada kompetisi lokalnya berputar uang dalam jumlah yang besar. Suriah pun mulai bisa bersaing dengan tim – tim besar Asia seperti Korea Selatan, Iran, dan juga Australia.
Tim nasional Suriah adalah harapan bagi rakyat Suriah itu sendiri bahkan untuk negara – negara Asia lainnya, bahwa bermain di Piala Dunia bukanlah impian yang tidak masuk akal untuk diraih di masa depan. Suriah memang gagal untuk bermain di Piala Dunia 2018. Cerita mereka di babak kualifikasi hingga play – off hampir saja mengejutkan publik dunia karena hampir saja menggenggam satu tiket ke Rusia 2018. Namun dalam sepak bola hampir tidaklah berarti apa – apa.
Pencapaian Suriah pada tahun lalu tentu menjadi ancaman negara – negara elit sepak bola Asia pada gelaran Piala Asia 2019. Mereka adalah salah satu dari 15 negara yang sudah memastikan satu tempat di turnamen yang akan digelar di Uni Emirat Arab tahun depan. Tim Elang Qasioun pun diprediksi akan menjadi kuda hitam untuk mengehentikan dominasi tim – tim kelas A pada ajang 4 tahunan tersebut seperti Jepang, Australia, Iran, Irak, dan Korea Selatan.
Kegagalan di babak kualifikasi Piala Dunia 2018 lalu tentu berbekas pada para pemain dan suporter Suriah. Perjalanan panjang yang telah mereka lalui hingga ke babak play – off sudah terlalu jauh untuk kembali dengan membawa kegagalan. Tetapi begitulah hidup, kadang terlalu kejam.
Ambisi untuk bermain di pesta sepak bola terbesar memang sampai hari ini belum jua terselesaikan, tapi mereka pasti akan terus berjuang untuk kembali meraih prestasi terbaik minimal di kompetisi Piala Asia 2019 tahun depan. Gelar juara di Piala Asia tahun depan akan menjadi bukti nyata bahwa sepak bola Suriah tidak pernah mati akibat perang yang terus berkecamuk, karena harapan itu masih ada dan akan terus ada.
